Langsung ke konten utama

Minimalkan Penggunaan Zat Aditif Makanan

Sri Yani Widyaningsih, M.Pd
MAN TEMANGGUNG

Zat adiktif, obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa. Penyalahgunaan zat adiktif lebih merupakan masalah sosial. Pencegahannya harus ditangani secara terpadu, khususnya antara aspek tatanan kehidupan sosial, hukum dan penegakannya, administrasi dan pengawasan obat, pendidikan, serta terapi dan rehabilitasi ‘korban’ ketergantungan zat adiktif tersebut.
Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas  selama bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak memiliki riwayat hipertensi.
Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak makanan. Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan tetap saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan tersebut.
Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya. Melalui proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu, mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak. Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa maksimal, proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa tumbuh pada makanan yang berarti tidak aman lagi dikonsumsi.
Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. Demikian juga dengan warna daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan daging segarnya. Jangan lupa cicipi juga rasanya. Biasanya lidah kita juga cukup jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, semisal sangat gurih dan membuat lidah bergetar. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah kedaluwarsa. Ingat juga, kriteria aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang lainnya. Bisa saja pada anak tertentu bahan pengawet ini menimbulkan reaksi alergi. Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul jika konsumennya tidak memiliki riwayat alergi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Quantum Learning Bangkitkan Minat Belajar

Sri Yani Widyaningsih MAN Temanggung D iperlukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa serta materi yang akan dipelajari,   serta sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia. Model pembelajaran yang dipilih harus membawa siswa aktif dalam belajar. Kebebasan berpikir kreatif perlu diberi tempat yang besar dalam pembelajaran. Sejalan dengan paradigma pendidikan bahwa pembelajaran dilaksanakan sesuai kurikulum KTSP mengalami perubahan yaitu dari ” teaching ” atau guru mengajar menjadi ” learning ” atau siswa belajar. Dalam merancang sebuah strategi pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ’ Quantum Learning ’ dan Learning Style Inventory ’. Pembelajaran yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang pro

Belajar Kimia Kreatif Melalui Pogil

Sri Yani Widyaningsih , M.Pd MAN Parakan Temanggung Terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara dijamin oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan   (Permendiknas: 2003). Untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, guru memegang peranan penting. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Kreativitas siswa dalam pembelajaran belum sepenuhnya didukung oleh guru, merupakan salah satu faktor   mengakibatkan perhatian terhadap mata pelajaran kimia sendiri secara umum rendah bagi kebanyakan siswa sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar. Melalui kajian pustaka makalah ini bertujuan mengkaji kreativitas yang dimunculkan dalam pembelajaran yang dikemas dalam Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL), mampu mewujudkan siswa yang kreatif dan inovatif. Terwujudnya siswa ya

Media Inovatif Hilangkan Kejenuhan Siswa

SRI YANI WIDYANINGSIH, M.Pd GURU MAN TEMANGGUNG Seorang guru   kreatifitas tinggi, maka tinggi pula semangatnya dalam mengajar. Setiap pembelajaran di kelas akan menjadikan pembelajaran lebih menarik jika komponen belajar telah terpenuhi dengan baik, salah satunya penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang tepat menjadikan guru dalam menyampaikan materi lebih tajam. Peran guru dalam pembelajaran, sebagai fasilisator memunculkan aktivitas belajar yang tinggi, tinggi pula prestasi belajar siswa. Terbayang kegembiraan siswa ketika guru masuk kelas dengan membawa tas   yang berisi media pembelajaran dan siswa bertanya, model pembelajaran baru ibu? Ibu membawa apa? Mari saya bawakan! Keesokan harinya pada materi yang berbeda akan tampil dengan media yang berbeda juga. Semakin sering berinovatif dalam mengajar siswa semakin tertantang belajar. Apakah kita termasuk sebagai guru yang sangat disenangi oleh siswanya dan selalu ditunggu-tunggu kehadirannya? Kemampuan menga